Kaltimnyapa.com, Kukar – Keterbatasan akses pendidikan menengah atas di wilayah terpencil Kutai Kartanegara (Kukar) memunculkan gagasan pembangunan Sekolah Menengah Atas (SMA) Terbuka sebagai solusi alternatif.
Gagasan ini mendapatkan dukungan dari Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Sarkowi V Zahry, yang menilai langkah tersebut sebagai inovasi penting untuk pemerataan pendidikan.
Sarkowi menegaskan bahwa perencanaan pembangunan SMA Terbuka perlu disertai regulasi yang matang serta kesiapan infrastruktur, terutama ketersediaan lahan. Meskipun data menunjukkan Kukar mengalami selisih daya tampung sekitar 703 siswa, menurutnya persoalan utama bukan semata pada kapasitas, melainkan terletak pada tantangan geografis.
“Khususnya di daerah desa, kalau dikatakan tidak ada daya tampung, sebenarnya ada. Tapi masalahnya, lokasi sekolah jauh dari pemukiman murid. Ini yang membuat akses mereka sulit,” ungkap Sarkowi, Sabtu (14/6/2025).
Ia juga menyoroti kecenderungan masyarakat yang lebih memilih sekolah negeri karena dianggap memiliki fasilitas lebih lengkap dan biaya yang lebih terjangkau dibanding sekolah swasta.
“Kecuali swasta yang unggulan, yang sapras dan kualitasnya lebih baik. Tapi tentu sebanding dengan biaya yang dibutuhkan. Ini jadi dilema, karena semua ingin masuk negeri, sementara daya tampung tetap terbatas,” tambahnya.
Sebagai bentuk dukungan konkret, DPRD Kaltim bersama Pemerintah Provinsi terus mendorong pembangunan sekolah baru, salah satunya di wilayah Loa Tebu yang dirancang untuk menjangkau daerah paling terpencil dari pusat kota. Namun, Sarkowi menggarisbawahi bahwa tantangan terbesar dalam realisasi pembangunan sekolah adalah persoalan lahan.
“Kalau mau bangun sekolah, lahan harus jelas dulu. Kalau lahan milik kabupaten atau ada hibah dari tokoh masyarakat, itu memudahkan. Tapi kalau harus pembebasan lahan, itu makan waktu dan berat,” jelasnya.
Ia mencontohkan rencana awal pembangunan sekolah di Mangkurawang yang akhirnya harus dipindahkan ke Loa Tebu karena tidak tersedia lahan hibah.
Kini, hasil pembangunan di Loa Tebu sudah menunjukkan kemajuan, dengan dua rombongan belajar yang akan dimulai tahun ini. Sarkowi juga menyoroti fenomena siswa yang tidak tertampung di sekolah pilihan, yang akhirnya memutuskan menunggu tahun berikutnya untuk kembali mendaftar.
“Inilah pentingnya penambahan sekolah dan perluasan akses pendidikan. Kita harus pastikan tidak ada anak yang putus sekolah hanya karena persoalan jarak dan daya tampung,” tutupnya. (Adv).
