Kaltimnyapa.com, Samarinda – Masyarakat belakangan ini kerapkali dihinggapi perasaan Fomo (Fear Of Missing Out, Red) atau rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu.
Perasaan takut dan cemas ketinggalan berita, tren dan hal lainnya di media sosial. Akibatnya, para penderita akan ketagihan mengecek gadget dan fatalnya lebih peduli pada media sosial daripada kehidupan nyatanya.
Fenomena menarik tersebut dijadikan tema diskusi atau ‘sharing session’ oleh komunitas mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (4/12/2024) di Aula Gedung Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda.
“Tema lengkapnya itu Fomo dan Anxiety : Mengelola Tekanan Sosial di Media Sosial. Pelaksana kegiatan adalah para mahasiswa Psikologi Untag Angkatan 2022 dan 2023,” kata Ketua Panitia Teguh Garin Nugroho yang didampingi Humas Panitia Roessalina kepada media.
Dikatakan Teguh, tema tersebut sengaja dipilih karena relevan dengan kondisi saat ini dimana marak masyarakat mengalami dampak dari Fomo dan ketakutan atau kecemasan sosial. Dengan ‘sharing session’ ini, sambungnya, kesempatan belajar bersama dan berbagi ilmu. Kegiatan ini juga sebagai pemenuhan tugas mata kuliah di Fakultas Psikologi Untag Samarinda yaitu Mata Kuliah Kode Etik,” kata Teguh.
Pada kegiatan tersebut, selain diikuti para mahasiswa Psikologi Untag, juga para mahasiswa yang lain seperti dari Universitas Mulawarman (Unmul) dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Samarinda serta peserta lainnya.
Diskusi dimoderatori Tirza Ivana Dwi Christiani dengan narasumber Rika Aulia Sari M.Psi., Psikolog, seorang Praktisi Psikolog Pendidikan Inklusi yang juga pemegang sertifikasi asesor lembaga psikologi.
“Fomo ini merujuk pada perasaan cemas atau ketakutan seseorang merasa tertinggal dari pengalaman atau momen yang dianggap penting,” kata Rika.
Perasaan Fomo ini jika dibiarkan akan memicu munculnya hal negatif seperti kelelahan, stress, depresi bahkan masalah sulit tidur yang bisa berbahaya bagi kesehatan. “Mereka yang fomo akan merasa tidak puas dengan kondisi yang ada. Merasa tak pernah cukup. Tidak ad ketenangan dan secara finansial juga berbahaya,” katanya lagi.
Lebih lanjut dikatakan Rika bahwa untuk mengatasi tekanan sosial yang ditimbulkan media sosial, beberapa strategi dapat dilakukan seperti membatasi penggunaan gadget sehingga dapat membantu mengurangi stress dan kecemasan berlebihan. Berikutnya, mencari dukungan perspektif yang lebih positif.
“Juga bersyukur atas apa yang dimiliki juga merupakan langkah penting untuk meningkatkan kepuasan hidup. Fomo ada pula positifnya jika masih bisa dikendalikan yaitu meningkatkan motivasi dan kepekaan sosial,” tandasnya.